Kenaikan Harga BBM Picu Inflasi, Ahok Jawab begini

SINAR HARAPAN - Pemerintah resmi memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan BBM bersubsidi Pertalite yang dikonsumsi sebanyak 80% dari total bensin yang beredar berpotensi mendorong kenaikan inflasi.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik, bensin memiliki bobot 4 persen dalam keranjang inflasi. Jadi, kenaikan harga BBM jenis Pertalite yang sebesar 30,72 persen berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,99 persen.

Dilansir dari idxchannel, Komisaris Utama PT Pertamina Persero, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), menanggapi perihal kenaikan harga BBM subsidi tersebut.

Baca Juga: Jual BBM Termurah Se-Tanah Air, Vivo Diminta Naikkan Harga

"Mohon maaf bisa ke dirut (Direktur Utama)," ujar Basuki, Minggu 4 September 2022.

Ahok tidak memberikan penjelasan lebih lanjut perihal kenaikan harga BBM tersebut. Padahal, sebelumnya pada awal tahun 2022, dalam acara DBSI Spring Festival: Roaring to Win 2022, Ahok mengungkapkan bahwa Pertamina diperkirakan masih bisa mencetak keuntungan di atas US$ 1 miliar pada tahun ini meski dengan asumsi tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Harapan kami, Pertamina jika tidak menaikkan harga (BBM), tahun ini masih bisalah mencapai keuntungan di atas 1 miliar dolar," ungkapnya.

Baca Juga: Berbeda Dengan Indonesia yang Naikkan BBM, Malaysia Justru Turunkan BBM

Diketahui dalam laporan keuangan, PT Pertamina mencatat adanya kenaikan laba bersih sebesar US$ 2,05 miliar atau mencapai Rp 29,3 triliun pada tahun 2021 atau naik sebesar 95% dibandingkan laba tahun 2020 yang mencapai US$ 1,05 miliar atau sekitar Rp 15 triliun.

Selain laba, pendapatan Pertamina di tahun 2021 juga melonjak signifikan atau naik 39% menjadi US$ 57,51 miliar dibandingkan dengan pendapatan tahun 2020 yang mencapai US$ 41,47 miliar.