SINAR HARAPAN - Pecinta Bubble tea atau biasa dikenal minuman Boba di Asia Tenggara menghabiskan US$3,66 miliar per tahun untuk minuman dan minuman "teh baru" serupa.
Singapura memiliki daya beli tertinggi meskipun populasi terkecil di antara empat pasar utama di Asia Tenggara.
Hal ni ditemukan dalam sebuah penelitian yang memberikan analisis dan wawasan tentang dinamika bisnis di balik bubble tea 'minuman boba'.
BACA JUGA : Masih Terbuka, Lowongan Kerja di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC)
Bersama-sama dilakukan oleh venture outfit Momentum Works dan perusahaan Solusi Pembayaran digital Qlub, laporan itu juga menemukan bahwa harga rata-rata bubble tea di Singapura dua kali lipat dari negara-negara lain di Asia Tenggara.
"Ini menjadikannya titik masuk yang bagus untuk merek premium," kata Momentum Works dalam rilis berita pada Selasa (16 Agustus), menambahkan bahwa saat ini ada lebih dari 60 merek aktif dalam rantai pasar bubble tea.
Pasar terbesar di kawasan ini adalah Indonesia, dengan perkiraan omset tahunan US$ 1,6 miliar. Thailand berada di urutan kedua, dengan US$749 juta melalui lebih dari 31.000 Toko bubble tea dan saluran ritel lainnya.
BACA JUGA : Volatilitas Harga Minyak Buat Investor Lelah
Vietnam berada di peringkat ketiga dengan US$362 juta, dan Singapura di peringkat keempat dengan US $ 342 juta.
Artikel Terkait
Jokowi Dorong Terus UMKM Masuk Ekosistem Digital
Lo Kheng Hong Masuk Ke Saham DILD, IHSG Masih Hijau Di Sesi I
APBN 2022 Surplus, Apa Saja Agenda Jokowi Untuk APBN 2023?
Pidato Jokowi Manjur ! IHSG mendadak ditutup menguat
Mau Serok Saham Walmart (WMT)? Baca dulu!
Elon Musk Beli Klub Sepak Bola Machester United, Benarkah?
Rayakan HUT RI ke 77 Kemenparekraf Gelar Kompetisi Menyanyi
Apple Berencana Rambah Vietnam Sebagai Tempat Produksi
Volatilitas Harga Minyak Buat Investor Lelah
Masih Terbuka, Lowongan Kerja di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC)