Studi : Orang Asia Tenggara Menghabiskan US$ 3,66 Miliar untuk Bubble Tea Setiap Tahun

- Rabu, 17 Agustus 2022 | 15:24 WIB
5 Cara Sehat Konsumsi Brown Sugar Boba. (Instagram BPOM Palu)
5 Cara Sehat Konsumsi Brown Sugar Boba. (Instagram BPOM Palu)

SINAR HARAPAN - Pecinta Bubble tea atau biasa dikenal minuman Boba di Asia Tenggara menghabiskan US$3,66 miliar per tahun untuk minuman dan minuman "teh baru" serupa.

Singapura memiliki daya beli tertinggi meskipun populasi terkecil di antara empat pasar utama di Asia Tenggara.

Hal ni ditemukan dalam sebuah penelitian yang memberikan analisis dan wawasan tentang dinamika bisnis di balik bubble tea 'minuman boba'.

BACA JUGA : Masih Terbuka, Lowongan Kerja di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC)

Bersama-sama dilakukan oleh venture outfit Momentum Works dan perusahaan Solusi Pembayaran digital Qlub, laporan itu juga menemukan bahwa harga rata-rata bubble tea di Singapura dua kali lipat dari negara-negara lain di Asia Tenggara.

"Ini menjadikannya titik masuk yang bagus untuk merek premium," kata Momentum Works dalam rilis berita pada Selasa (16 Agustus), menambahkan bahwa saat ini ada lebih dari 60 merek aktif dalam rantai pasar bubble tea.

Pasar terbesar di kawasan ini adalah Indonesia, dengan perkiraan omset tahunan US$ 1,6 miliar. Thailand berada di urutan kedua, dengan US$749 juta melalui lebih dari 31.000 Toko bubble tea dan saluran ritel lainnya.

BACA JUGA : Volatilitas Harga Minyak Buat Investor Lelah

Vietnam berada di peringkat ketiga dengan US$362 juta, dan Singapura di peringkat keempat dengan US $ 342 juta.

Merek Taiwan dan homegrown telah lama mendominasi pasar bubble tea Asia Tenggara. Studi tersebut menemukan baru-baru ini banyak merek Tiongkok telah memasuki Asia Tenggara. Pasar bubble tea di Tiongkok diperkirakan memiliki omset tahunan sebesar US $ 20 miliar, sangat kompetitif.

Merek Tiongkok yang telah masuk ke Asia Tenggara termasuk Mixue, Chagee, dan HEYTEA, yang semuanya memiliki outlet di Indonesia.

Mau Serok Saham Walmart (WMT)? Baca dulu!

Industri bubble tea memiliki margin kotor produk yang baik dari 60 persen hingga 70 persen. Namun, beberapa pemain telah mengelola profitabilitas berkelanjutan dalam skala besar.

Ketetapan harga bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi keputusan pembelian pelanggan. Pelanggan juga memutuskan berdasarkan pemilihan produk di toko, serta kemudahan akses yang berarti jumlah toko yang dimiliki merek tersebar di berbagai wilayah.

Halaman:

Editor: Yuanita SH

Sumber: cnanews.com

Tags

Artikel Terkait

Terkini

ELSA Segera Bagi Dividen 50 Persen Laba Bersih

Kamis, 8 Juni 2023 | 08:32 WIB
X