SINAR HARAPAN - Produsen biodiesel sawit di Indonesia diminta untuk memperkuat rantai pasoknya sebagai upaya menghadapi kebijakan Europe Deforestation Regulations (EUDR) yang diterapkan negara-negara Uni Eropa.
Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Achmad Maulizal Sutawijaya, mengatakan peningkatan demand bahan bakar biodiesel di Uni Eropa merupakan peluang bagi kelapa sawit untuk terus melakukan penetrasi pasar ke wilayah tersebut.
"Namun dengan implementasi EUDR di tahun 2023, produsen biodiesel sawit di Indonesia perlu meningkatkan aspek sustainability dari rantai pasoknya sehingga pangsa pasar bahan baku industri biodiesel di Uni Eropa tidak menurun,” kata Mauli di Jakarta, Kamis 8 Juni 2023.
Baca Juga: Resmi! Indonesia-Malaysia Perbaharui Perjanjian Perdagangan Perbatasan
Menurut dia, untuk mendukung industri sawit nasional, akan dilakukan landasan strategi komunikasi untuk wilayah Uni Eropa melalui empat langkah yakni, pertama, Legal actions untuk menyelesaikan permasalahan diskriminasi terkait perdagangan kelapa sawit Indonesia.
Kedua, Bilateral relationships untuk Menjalin hubungan bilateral sebagai upaya persuasif antar negara untuk meredam tren diskriminasi kelapa sawit pada negara-negara Uni Eropa.
Ketiga, Certification untuk menerapkan sertifikasi sustainable yang diakui internasional untuk menembus pasar ekspor.
Baca Juga: 20 Persen Saham Public Vale Indonesia (INCO) Dimiliki Asing? Cek Faktanya!
“Keempat media coverage dengan memanfaatkan channel komunikasi yang paling dipercaya di tiga negara (Jerman, Prancis dan Belgia),” ujar Mauli.
Menurut analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko) Khadikin sampai saat ini jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia telah sebanyak 2.511 yang tersebar di 26 provinsi.
Kapasitas produksi telah mencapai 84,8 juta ton dengan utilisasi sekitar 55 persen menghasilkan 47 juta ton CPO (minyak sawit mentah).
Baca Juga: Performa Mingguan Saham VTNY Terpoles 44 Persen, Hold Atau Jual?
“Indonesia merupakan negara Penghasil kelapa sawit nomor pertama di Dunia dengan pangsa pasar 55 persen dari Pasar Global,” katanya dalam acara FGD Sawit Berkelanjutan VOL 14, bertajuk "Mengintegrasikan Industri Hulu Hingga Hilir Sawit Berkelanjutan".
Sekitar 60 persen produk minyak sawit Indonesia, lanjutnya, ditujukan untuk pasar ekspor artinya Indonesia berkontribusi terhadap ketersediaan barang konsumsi, pangan, dan energi untuk dunia.
Artikel Terkait
Laporan Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Tumbuh 4,9%
Harga Saham Gajah Tunggal (GJTL) Meroket 50,89 Persen di Tahun 2023, Perhitungan Lo Kheng Hong Tokcer?
Ditutup Menguat, Harga Saham MAPI Sentuh Harga Tertinggi Baru
ELSA Segera Bagi Dividen 50 Persen Laba Bersih
UMKM Mengisi 10 Persen Antrean Pipeline IPO Tahun Ini
20 Persen Saham Public Vale Indonesia (INCO) Dimiliki Asing? Cek Faktanya!
Harga Emas Comex Jatuh, Harga Emas Antam Ikut Turun Rp8.000 Hari Ini
Performa Mingguan Saham VTNY Terpoles 44 Persen, Hold Atau Jual?
Rupiah Melemah Lagi Seiring Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS
Resmi! Indonesia-Malaysia Perbaharui Perjanjian Perdagangan Perbatasan