SINAR HARAPAN - Direktur Strategi, Portofolio dan Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina (Persero), Salyadi Saputra, mengatakan Asia termasuk Indonesia memiliki sejumlah tantangan terhadap penerapan energi baru terbarukan atau renewable energy.
Usai Nikkei Forum 2023 di Tokyo, Jepang, Salyadi menyampaikan bahwa teknologi, regulasi dan pembiayaan, menjadi tantangan yang dihadapi oleh negara-negara Asia.
"Masing-masing negara masalahnya berbeda, tapi intinya cuma tiga, jadi tiga itu yang mungkin harus dikerjakan bersama-sama," ujar Salyadi dari keterangan yang dikutip Sabtu 27 Mei 2023.
Baca Juga: Gelontorkan Dana Rp140 Miliar, IPCM Tambah 2 Unit Kapal Baru
Salyadi menyampaikan, saat ini Indonesia belum bisa sepenuhnya menerapkan kebijakan pemberian hukuman terhadap perusahaan yang memproduksi CO2 tinggi. Sementara Singapura, telah memiliki peraturan tersebut.
Menurut Salyadi, Indonesia tidak bisa menerapkan hal serupa karena kondisi yang dihadapi berbeda. Meski demikian, Indonesia harus mempersiapkan diri untuk bergerak dan menyiapkan strategi agar target emisi nol karbon di 2060 bisa tercapai.
"Di kita belum, tapi gimana pun juga ini mau enggak mau, suka tidak suka arahnya ke sana. Jadi kita harus mempersiapkan diri dan kita harus jalankan dengan strategi tadi, enggak boleh rugi, tetap harus untung tapi harus lebih green," kata Salyadi.
Baca Juga: Berupaya Jadi Innovator Layanan Digital di Indonesia, BBTN Kolaborasi Dengan Alibaba Cloud
Salyadi mengatakan, Pertamina telah melakukan investasi pada bisnis energi hijau dalam rangka mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan serta mendukung program dekarbonisasi seperti elektrifikasi, battery, solar PV, coal to chemical, geothermal, carbon capture and storage (CCUS) dan hidrogen.
Saat ini, jumlah investasi Pertamina untuk bisnis energi hijau baru mencapai 2-3 persen. Namun, angka tersebut akan terus bertambah.
"Investasi kita kan harus terukur, ekosistemnya seperti apa. Pasti kalau ada kesempatan kita naikin terus. Kalau kita dapat untungnya sama kayak yang konvensional (fosil) tapi green pasti akan kita balikin aja, karena green ini kan lebih sustainable dari yang fosil," kata Salyadi.***
Artikel Terkait
BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen
LPS Pertahankan Tingkat Suku Bunga Penjaminan Simpanan Rupiah di 4,25 Persen
Rupiah Masih Melemah, Diperkirakan di Kisaran Rp15.000 - Rp14.900 Per Dolar AS Jumat Ini
ASF Sulit Dikendalikan, 6.652 Ternak Babi Mati Mendadak
Berkomitmen Bagi Dividen Hingga 70 Persen Laba, Harga Saham IPCC Melesat 30,7 Persen Sejak Awal 2023
Laba Bersih Bank Ganesha Tahun 2022 Meningkat 323% Dibandingkan Tahun Sebelumnya
Polda Jambi stop Lalulintas Angkutan Batubara di Jalan Nasional
Biayai Kredit Perumahan Para Prajurit, SMF Gandeng Bank Woori Saudara (SDRA)
Berupaya Jadi Innovator Layanan Digital di Indonesia, BBTN Kolaborasi Dengan Alibaba Cloud
Gelontorkan Dana Rp140 Miliar, IPCM Tambah 2 Unit Kapal Baru