SINAR HARAPAN--Bank Dunia menyarankan pemerintah Indonesia perlu memfokuskan kembali kebijakan mempertahankan kemajuan dalam pengentasan kemiskinan, mencapai pendapatan lebih tinggi dan ketahanan ekonomi bagi rakyat miskin.
Country Director World Bank(Bank Dunia) Indonesia Satu Kahkonen menyatakan hal tersebut dalam peluncuran laporan “Pathways Towards Economic Security: Indonesia Poverty Assesment" di The Energy Building, Jakarta, Selasa.
Sejalan dengan ambisi pemerintah mencapai ambisi sebagai negara berpenghasilan tinggi, saat ini dinilai menjadi waktu yang tepat untuk mempertimbangkan perluasan definisi orang miskin. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dengan menggunakan garis kemiskinan internasional, yaitu pengeluaran sebesar 3,20 dolar AS per hari. Bukan lagi 1,90 dolar AS per hari yang saat ini digunakan.
Jika kita menerapkan definisi kemiskinan yang lebih luas, sekitar satu dari enam orang Indonesia adalah orang miskin atau sekitar 40 juta orang. Selain itu, hampir 120 juta orang tidak aman secara ekonomi.
Artinya, apabila terjadi guncangan seperti pandemi COVID-19, maka bisa membuat mereka jatuh miskin lagi, katanya.
“Kami di sini untuk membahas apa yang dapat dilakukan untuk mendukung 160 juta orang ini untuk mencapai keamanan ekonomi. Penilaian kemiskinan yang diluncurkan hari ini membahas tantangan yang terkait dengan perluasan keamanan ekonomi, juga terkait bagaimana kebijakan dapat mendorong Indonesia menuju kemakmuran yang lebih besar,” ungkap Satu.
Selama 20 tahun terakhir, lanjutnya, terlihat kemajuan yang luar biasa dalam kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2021, Presiden Joko Widodo disebut mengumumkan tujuan pemerintah untuk memberantas kemiskinan ekstrim pada tahun 2024.
Tahun ini, tingkat kemiskinan ekstrem berada di angka 1,5 persen pada tahun 2023 menunjukkan bahwa pemerintah mencapai target objektif penurunan kemiskinan.
“Saya ingin mengucapkan selamat kepada Indonesia dan pemerintah Indonesia atas pencapaian yang luar biasa ini. Namun ke depan, aspirasi Indonesia kini terfokus pada transisi menuju status berpenghasilan tinggi,” ucapnya.
Untuk mencapai ambisi sebagai negara berpenghasilan tinggi, diperlukan pemfokusan kembali tentang kebijakan guna mempertahankan kemajuan dalam pengentasan kemiskinan, mencapai pendapatan yang lebih tinggi, dan ketahanan ekonomi bagi masyarakat Indonesia.
Artikel Terkait
Catatan Akhir Tahun (Seri 2): Ketimpangan Sosial dan Kemiskinan
Inflasi, Kemiskinan, Investasi, dan Stunting Jadi Fokus Pemerintah di Tahun 2023
Angka Kemiskinan DIY Tertinggi di Indonesia, Apa Pemicunya?
Wapres Ingatkan, Jangan Studi Banding Sedot Anggaran Pengentasan Kemiskinan
Indef: Angka Kemiskinan Diproyeksikan Meningkat, Dampak Kenaikan Harga BBM