SINAR HARAPAN - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) saat ini tengah fokus mempersiapkan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk masuk bursa komoditi .
Bursa komoditi minyak sawit mentah ini diharapkan bisa meluncur pada Juni 2023 yang akan datang.
Menurut Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag), Didid Noordiatmoko, dalam diskusi media di Jakarta, Jumat 31 Maret 2023, pihaknya telah menyiapkan beberapa opsi untuk menjadikan komoditi minyak sawit mentah Indonesia sebagai harga acuan di pasar global.
Baca Juga: Apsyfi: 60 Perusahaan Milik 8 Pengusaha Kendalikan Impor Tekstil Ilegal
Namun demikian, mewujudkan bursa komoditi bukan hal yang mudah dan masih menemui tantangan internal dan eksternal.
Tantangan dari internal datang dari Kemenkeu, Didid mendapatkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) bahwa CPO masuk bursa kena pajak pertambahan nilai (PPN), meski bisa diberlakukan restitusi.
"Ini ternyata tidak semulus yang kita bayangkan, CPO masuk bursa tidak semudah yang kami buat desain awal. Ternyata ini ada kena pajaknya. Tentu kami juga tidak ingin melanggar aturan pajak, di sisi lain kami tidak ingin memberatkan pelaku usaha," katanya.
Baca Juga: API: Setiap Hari Masuk 350.000 Potong Pakaian Bekas Impor ke Pasaran Indonesia
"Tidak akan ada pelaku usaha yang mau masuk bursa kalau kena pajak, walau nanti direstitusi. Karena restitusi butuh waktu 6 bulan hingga 1 tahun dan diperiksa," ungkapnya Didid.
Sementara itu secara eksternal, kendala utama CPO masuk bursa datang dari aturan antideforestasi Uni Eropa (UE). Didid khawatir tingkat ekspor CPO RI malah anjlok ketika harus masuk bursa komoditas.
Meski begitu, apabila CPO berhasil masuk bursa, Bappebti berencana akan membuat bursa komoditi lain seperti karet, kopi, kayu manis dan kakao untuk mengikuti jejak tersebut.
Baca Juga: Jelang Melantai di bursa, Merdeka Battery Minerals (MBMA) Bangun Smelter Baru
"Setelah CPO, kita akan kerjakan lain lagi, kita punya kopi, karet, cassia vera (kayu manis), itu mendominasi dunia. Kita banyak komoditi, tapi itu nanti kita kerjakan pelan-pelan," ujar Didid.
Asal tahu saja, Indonesia merupakan penyumbang 80-100 persen kebutuhan komoditi karet, kopi dan kayu manis di dunia.
Artikel Terkait
Jelang Bagi-bagi Dividen Rp1 Triliun, Harga Saham SIDO Siap Bullish?
Jangan Lewatkan Sembako Murah di Safari Ramadhan Tahap Kedua BUMN Jabodetabek, Catat Lokasinya!
Mulai 1 April 2023, Tol Becakayu Resmi Beroperasi Penuh Dengan Tarif Baru
Piala Dunia U20 FIFA Batal Digelar di Indonesia, Negara Rugi Berapa?
Kurs Rupiah Menguat Seiring Penurunan PDB AS
Presiden Jokowi resmikan KEK Lido Bogor milik Hary Tanoe
Jelang Melantai di bursa, Merdeka Battery Minerals (MBMA) Bangun Smelter Baru
Bappepti siap Terbitkan Koin Kripto Baru, Termasuk Karya Anak Bangsa
API: Setiap Hari Masuk 350.000 Potong Pakaian Bekas Impor ke Pasaran Indonesia
Apsyfi: 60 Perusahaan Milik 8 Pengusaha Kendalikan Impor Tekstil Ilegal