SINAR HARAPAN - Otoritas ASEAN harus merumuskan kebijakan yang bijaksana dan inovatif dalam rangka memitigasi risiko dari spillover effect alias dampak gejolak ekonomi suatu negara yang merambat ke negara lain.
Langkah tersebut sekaligus guna mempertahankan dukungan terhadap pemulihan ekonomi kawasan yang sedang berlangsung.
"Dalam merumuskan kebijakan, kita harus berjalan bersama agar sinergis," ucap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam seminar bertajuk "Enchancing Policy Callibration for Macro Financial Resillience" di Kabupaten Badung, Bali, 29 Maret 2023
Baca Juga: Alhamdulillah, THR ASN dan Pensiunan Cair H-10 Idul Fitri 2023 dan Gaji ke-13 Cair Juni
Dia pun menggarisbawahi pentingnya bauran kebijakan BI yang meliputi kebijakan moneter untuk stabilitas makroekonomi agar inflasi terjaga, kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk menunjang pertumbuhan dengan menyeimbangkan intermediasi dan ketahanan sektor keuangan, serta kebijakan sistem pembayaran untuk mengakselerasi ekonomi dan keuangan digital.
Kerja sama antar negara-negara ASEAN dalam memitigasi spillover effect bukan kali ini saja, sebelumnya ASEAN telah sepakat melakukan inisiatif jaring pengaman keuangan regional (Chiang Mai Initiative Multilateralization/CMIM).
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Sentral Filipina (Banko Sentral ng Pilipinas/BSP), Felipe Medalla, menambahkan perlunya adaptasi kebijakan yang cepat.
Baca Juga: Sempat Anjlok, Kenaikan Harga Minyak Poles Harga Saham MEDC
Inflasi tetap menjadi sasaran utama dan karenanya BSP telah menerapkan kebijakan moneter yang cukup agresif.
BSP juga mengedepankan digitalisasi sistem pembayaran sebagai jalan menuju keuangan inklusif dan pertumbuhan yang kuat dan inklusif serta menerapkan strategi kebijakan moneter dengan instrumen yang beragam dan menjaga ketahanan sektor perbankan untuk meningkatkan resiliensi dalam mengatasi tantangan global yang meningkat.
Tidak hanya itu, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, mengatakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memperhatikan permasalahan bank di Amerika Serikat (AS) dan Eropa dengan kewaspadaan tinggi.
Baca Juga: Laba Bersih Indofood (INDF) Pada 2022 Menyusut 17 Persen, Ada Apa?
Pasalnya, terdapat kemungkinan pasar akan mengubah neraca mereka setelah situasi perbankan di AS, terutama Silicon Valley Bank (SVB).
"Kami berdiskusi dan tentu saja mendalami serta terus melakukan stress test," ungkap Sri Mulyani pada kesempatan yang sama.
Artikel Terkait
Sri Mulyani Serahkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2022 Kepada BPK
Bank Commonwealth, Bank Amar (AMAR), KB Bukopin Syariah dan Jtrust (BCIC) Kini Masuk Layanan BI-Fast
Makin Mudah, Kini UMKM Dapat Ajukan Jaminan Modal Online Lewat Aplikasi Jamkrindo Online Surety (JOS)
Eksportir Wajib Tahu, Aturan Baru Penyimpanan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Akan Terbit Bulan April
Laba Bersih Melesat, Bank Syariah Indonesia (BRIS) Bagikan Zakat Rp173 Miliar
Laba Bersih Indofood (INDF) Pada 2022 Menyusut 17 Persen, Ada Apa?
Ikuti Segera Job Fair Online Terbesar Grup Astra, Astra Virtue 2023, Simak Cara Daftarnya!
Laba Bersih Meroket, Saham INDY Menguat 4 Hari Perdagangan Beruntun
Sempat Anjlok, Kenaikan Harga Minyak Poles Harga Saham MEDC
Alhamdulillah, THR ASN dan Pensiunan Cair H-10 Idul Fitri 2023 dan Gaji ke-13 Cair Juni