SINAR HARAPAN - Harga emas Comex dan emas Antam (ANTM) meroket mencapai level tertinggi 11 bulan pada akhir pekan ini Sabtu 18 Maret 2023.
Kenaikan harga emas kali ini dikarenakan krisis perbankan yang menimpa SVB dan Signature Bank memicu pembelian aset-aset aman atau safe-haven termasuk emas.
Harga emas comex kontrak April 2023, meroket US$50,50 atau 2,63 persen menjadi ditutup pada US$1.973,50 per ons, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi di US$1.980,60 dan terendah di US$1.922,30.
Baca Juga: Genjot Reformasi Nonminyak, Arab Saudi Naik Peringkat S&P Global
Dengan penguatan tersebut, emas comex kontrak April 2023 telah melambung sebesar US$106,30 Atau 5,7 persen.
Tidak mau ketinggala, emas batang Antam juga ikut terkerek naik sebesar Rp25.000 menjadi Rp1.088.00 per gram pada 18 Maret 2023. Dengan begitu harga emas batang antam dalam sepekan telah melesar sebesar Rp34.000.
Kenaikan harga emas kali ini memang di luar kebiasaan, pasalnya krisis perbankan global tidak terjadi setiap saat, hal itu terus membebani sentimen investor, mendorong investor beralih ke aset safe-haven, seperti emas.
Baca Juga: Sideways Selama Sebulan, Harga Saham BPTR Akhirnya Melesat
Tidak hanya itu lonjakan harga emas juga tersulut oleh spekulasi pasar bahwa Federal Reserve mungkin akan mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya setelah satu lagi kenaikan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan minggu depan.
Bukan spekulasi kosong belaka, hal itu bahkan telah mampu meredam indeks dolar AS pada Jumat 17 Maret waktu setempat. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,67 persen menjadi 103,7153 semakin mendorong naik harga emas.
"Kembalinya kecemasan tentang bank membuat harga emas naik tajam," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA. "Banyak investor emas melihat risiko makro jangka pendek dan tampaknya berbagai ekspektasi sebagian besar akan positif untuk emas."
Baca Juga: PT MEDCO E&P Indonesia Buka Lowongan Pekerjaan Terbaru 2023, Daftar Segera!
Analis OANDA, Ed Moya, berpendapat bahwa saat ini banyak investor emas melihat risiko makro jangka pendek yang diliputi sebagian besar sentimen positif untuk emas.
"Reli gila-gilaan emas hari ini menunjukkan bahwa lebih banyak orang beralih ke emas sebagai tempat berlindung yang aman dan menyimpan nilai karena krisis perbankan terus tumbuh dan menyebar," kata Dixit, kepala strategi teknis di SKCharting.
Artikel Terkait
Tagih Kredit Macet, Bank BJB (BJBR) Kerja Sama Dengan Askrindo
Bank Jago (ARTO) Bidik Kenaikan Jumlah Nasabah di 2023
IHSG Fluktuatif, Bank BNI (BBNI) Siap Buyback Saham Rp905 Miliar
Targetkan Pertumbuhan Pendapatan Hingga 100 Persen, Saham NCKL Segera Melantai di Bursa
Saham PGEO Anjlok 8,23 Persen dari Harga IPO, Masihkah Layak Dikoleksi?
BEI dan HIPKA Berkolaborasi Mendorong UMKM Untuk IPO
Raksasa Perbankan UBS Siap Akuisisi Credit Suisse
PT MEDCO E&P Indonesia Buka Lowongan Pekerjaan Terbaru 2023, Daftar Segera!
Sideways Selama Sebulan, Harga Saham BPTR Akhirnya Melesat
Genjot Reformasi Nonminyak, Arab Saudi Naik Peringkat S&P Global