SINAR HARAPAN - Sentimen negatif dari jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank di Amerika Serikat telah membawa jatuh Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,29 persen ke level 6.678,23 dalam sepekan pada periode 13 sampai 17 Maret 2023.
Seperti diketahui, jatuhnya kedua bank raksasa tersebut, mendorong aksi panic selling para investor dalam sepekan, kedua bank tersebut juga merupakan investor institusional memiliki portofolio aset surat berharga termasuk saham di seluruh pasar modal di dunia.
Sejumlah saham-saham Bank di RI pun turut masuk jajaran saham dengan netsell asing dalam sepekan, seperti Bank BRI (BBRI) mencatatkan netsell asing sebesar Rp553,8 miliar, Bank Mandiri (BMRI) sebesar Rp730,6 miliar, Bank BCA (BBCA) Rp795,9 miliar dan Bank BNI (BBNI) dengan netsell asing Rp256,3 miliar.
Meski begitu, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan bahwa jatuhnya kedua Bank Raksasa tersebut tidak berdampak langsung kepada perbankan di Indonesia.
"Ketika kami mendengar kabar tersebut kami segera melakukan investigasi terkait pengaruhnya kepada perbankan di Indonesia, hasilnya dampak secara langsung relatif tidak ada," ungkap Purbaya dalam keterangan resmi yang dikutip Sabtu 18 Maret 2023.
Meski pasar modal tengah goyah, perbankan Indonesia sendiri tidak turut goyah, pasalnya dari sisi portofolio aset, bank-bank di Indonesia tidak ada yang memiliki karakteristik seperti SVB yang memiliki portofolio surat berharga sangat besar. Selain itu, level permodalan perbankan nasional masih sangat tebal dan berada di angka 25,93 persen per Januari 2023.
Baca Juga: BCA (BBCA) Siap Bagi-Bagi Dividen Rp205 Per Saham
Likuiditas perbankan saat ini juga dalam keadaan yang sangat memadai, tercermin dari Alat Likuid per Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid per Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) per Januari 2023 masing-masing sebesar 129,64 persen dan 29,13 persen. Nilai ini sekitar 2,5 kali di atas threshold atau ambang batas.
Purbaya menambahkan, pada tahun ini pun tidak ada bank bermasalah di Tanah Air, yang disertai dengan kebijakan moneter yang tepat dan LPS yang tidak menaikkan bunga penjaminan secara signifikan.
“Artinya stabilitas keuangan dan perbankan dalam negeri dijaga untuk dapat terus tumbuh," tuturnya.
Baca Juga: Karyawati BRI Diduga Korupsi, BRI Pastikan Tidak Ada Nasabah Yang Dirugikan
Walaupun masih terdapat ketidakpastian global, ia menilai selama kebijakan di Indonesia baik dan terus menjaga permintaan domestik, ekonomi domestik masih bisa tumbuh.
Sinergi dan kolaborasi antara anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga terus berjalan dengan sangat baik untuk mendukung perekonomian Indonesia terus tumbuh.***
Artikel Terkait
Saham Credit Suisse (CSGN) Ambruk, Begini Nasib Pasar Saham Dunia
Presdir Maybank (BNII) Sebut Covid-19 Berjasa Mengakselerasi Digitalisasi
Dorong Perekonomian, KKP Bangun Kampung Nelayan Percontohan, Kampung Samber-Binyeri di Biak Numfor Papua
Rupiah Hari Ini Melemah Terdampak Isu Krisis Credit Suisse Bank
Raup Untung Rp5,7 Miliar, Saham LUCY Malah Melemah
Setelah Meroket Ratusan Persen, Saham CUAN Balik Arah
Karyawati BRI Diduga Korupsi, BRI Pastikan Tidak Ada Nasabah Yang Dirugikan
BCA (BBCA) Siap Bagi-Bagi Dividen Rp205 Per Saham
Kurs Rupiah Menguat 0,06% Jumat Pagi Ini
Krisis Perbankan Berlanjut, 11 Bank di AS Suntik Dana Penyelamatan US$30 Miliar Kepada First Republic Bank