SINAR HARAPAN - Kurs rupiah pada awal perdagangan hari ini, Kamis 16 Maret 2023, melemah terdampak isu krisis Credit Suisse Bank di Swiss yang harga sahamnya terus turun dan mengalami kesulitan likuiditas.
Rupiah pada Kamis pagi dibuka turun 51 poin atau 0,33 persen ke posisi Rp15.433 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.382 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, melalui ANTARA di Jakarta, Kamis 16 Maret 2023, mengatakan masalah Credit Suisse Bank memicu kekhawatiran pasar bahwa krisis perbankan Amerika Serikat menyebar ke Eropa. Hal tersebut mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman seperti emas dan dolar AS.
Baca Juga: Saham Credit Suisse (CSGN) Ambruk, Begini Nasib Pasar Saham Dunia
"Hal ini bisa mendorong pelemahan rupiah sebagai aset berisiko hari ini terhadap dolar AS," kata Ariston.
Dolar AS menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didorong pembelian safe-haven setelah saham Credit Suisse jatuh menyusul pengungkapan "kelemahan" dalam pelaporan keuangannya yang memperbaharui kekhawatiran investor bahwa krisis perbankan global yang meluas mungkin sedang terjadi.
Menyusul kegagalan beberapa bank regional di Amerika Serikat dengan runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) California dan Signature Bank dari New York, saham Credit Suisse anjlok lebih dari 20 persen selama jam perdagangan, memicu kembali kekhawatiran tentang penularan sektor perbankan Amerika Serikat (AS) yang mendunia.
Baca Juga: Berkaca dari Penutupan SVB, Fintech Indonesia Harus Segera Perkuat Tata Kelola Perusahaan
Sebagai tambahan informasi, Credit Suisse merupakan bank terbesar kedua di Swiss yang dibangun pada tahun 1856, dan memiliki pengaruh penting di pasar modal global. Sejak 2021, bank diganggu oleh berita negatif seperti kerugian investasi. Harga saham Credit Suisse terus turun, dan nilai pasarnya turun drastis.
Pada awal Februari, Credit Suisse membukukan rugi bersih sebesar 7,3 miliar franc Swiss untuk tahun 2022, sedangkan pada tahun 2021 rugi bersihnya sebesar 1,7 miliar franc Swiss.
Saham-saham di Credit Suisse, yang berjuang untuk pulih dari serangkaian skandal, telah terpukul selama 12 bulan terakhir. Saham itu bernilai sekitar 80 franc Swiss pada tahun 2008, tetapi menyusut menjadi 1,55 franc Swiss pada Rabu (15/3).
Baca Juga: Dukung Penerapan P3DN, Semen Indonesia (SMGR) Raih Penghargaan dari Jokowi
Penurunan terbaru dipicu ketika pemegang saham terbesarnya, Saudi National Bank, mengatakan tidak dapat memberikan bantuan keuangan lebih lanjut untuk pemberi pinjaman yang kesulitan itu. Klien-klien kaya telah menarik miliaran dari bank.
Credit Suisse sedang melakukan perombakan besar-besaran, memotong biaya dan pekerjaan serta menciptakan bisnis terpisah untuk bank investasinya.
Artikel Terkait
Bulog Pastikan Segera Salurkan Bansos Beras Bulan Maret Ini
BEI dan OJK Mulai Kompetisi Duta Pasar Modal
Penawaran Masuk SUN RI Meningkat di Tengah Sentimen Negatif SVB dan Signature Bank
Tidak Terdampak Penutupan SVB, BBNI Akan Bagi Dividen Rp7,32 Triliun
Laba DCII Melesat 40,69 Persen, Toto Sugiri Bahagia
Dukung Penerapan P3DN, Semen Indonesia (SMGR) Raih Penghargaan dari Jokowi
Berkaca dari Penutupan SVB, Fintech Indonesia Harus Segera Perkuat Tata Kelola Perusahaan
Saham Credit Suisse (CSGN) Ambruk, Begini Nasib Pasar Saham Dunia
Presdir Maybank (BNII) Sebut Covid-19 Berjasa Mengakselerasi Digitalisasi
Dorong Perekonomian, KKP Bangun Kampung Nelayan Percontohan, Kampung Samber-Binyeri di Biak Numfor Papua