SINAR HARAPAN - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, mewaspadai penutupan Silicon Valley Bank (SVB) California yang membuat gejolak pasar keuangan di Amerika Serikat (AS) saat ini.
"Pasalnya, transmisi dari persepsi dan psikologi bisa menimbulkan situasi yang cukup signifikan bagi sektor keuangan seperti yang kita lihat di AS," ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Maret 2023 di Jakarta, Selasa 14 Maret 2023.
Oleh karena itu, Menkeu berharap Negeri Paman Sam bisa segera menstabilkan sektor keuangannya karena akan mempengaruhi perekonomian global. Apalagi saat ini arah kebijakan Bank Sentral AS, The Fed masih akan hawkish lantaran kondisi inflasi AS yang masih tinggi.
Baca Juga: Sri Mulyani: APBN Surplus Rp131,8 Triliun Per Februari 2023
Adapun SVB sebenarnya merupakan bank regional dengan aset yang relatif kecil di AS, yakni hanya 200 miliar dolar AS, dibandingkan dengan jumlah aset perbankan AS yang bisa mencapai 1,3 kuadriliun dolar AS.
Kendati begitu, ia menilai bank tersebut mampu memberikan guncangan yang signifikan dari sisi kepercayaan deposan di AS, sehingga menjadi suatu pelajaran yang perlu untuk dicermati bahwa sebuah bank kecil dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistemik.
Lantaran telah menggoyang seluruh kepercayaan sektor keuangan AS, Pemerintah Amerika yang pada awalnya tidak memberikan dana talangan atau bailout pun memutuskan untuk melakukan bailout sehingga menjamin seluruh deposito SVB.
Baca Juga: 460 Iklan Jasa Keuangan Langgar Ketentuan Perlindungan Konsumen OJK
"Dalam hal ini Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) memberikan kepastian untuk penyelamatan dari deposan, baik yang diasuransikan (insured) maupun yang tidak diasuransikan (non insured)," tuturnya.
Sri Mulyani mengungkapkan sejauh ini terdapat beberapa analisa awal yang muncul sebagai penyebab runtuhnya SVB, yakni kinerja perusahaan rintisan (startup) yang menurun pada tahun 2022 sehingga menyebabkan anjloknya kredit SVB, yang merupakan bank khusus pemberi pendanaan kepada perusahaan rintisan.
Analisa lainnya yakni SVB mengalami kenaikan deposito lebih dari tiga kali lipat hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, sedangkan penyaluran kredit tertahan karena kinerja perusahaan rintisan dan menyebabkan neraca keuangan SVB tertekan.
Baca Juga: Lebih dari 7 Ribu Bal Pakaian Bekas Impor Ditindak Bea Cukai
"Akibat tingginya deposito SVB, dana yang terkumpul tersebut dibelikan surat berharga negara AS jangka panjang yang mengalami penurunan nilai karena kenaikan suku bunga Fed," jelas Menkeu.***
Artikel Terkait
Tingkatkan Rasio Kepemilikan Pekerja, Bank BRI (BBRI) Buyback Saham Rp1,5 Triliun
KKP Segel Resort dan Wisata Tak Berizin Milik PT PB di Anambas, Kepulauan Riau
Perppu Cipta Kerja: Babak Baru Dunia Investasi dan Tenaga Kerja di Indonesia
Laba Bersih Menyusut, Saham SRTG Jatuh Tinggalkan Area Support
Pantang Kendor Sejak IPO, Saham CUAN Melesat Hampir 200 Persen
Hadiri CII Partnership Summit 2023, Mendag Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Indonesia - India
Jelang Ramadhan, Kemenkeu Gelontorkan Dana Rp8 Triliun Untuk Bansos
Lebih dari 7 Ribu Bal Pakaian Bekas Impor Ditindak Bea Cukai
Sri Mulyani: APBN Surplus Rp131,8 Triliun Per Februari 2023
460 Iklan Jasa Keuangan Langgar Ketentuan Perlindungan Konsumen OJK