SINAR HARAPAN - Keberadaan buffer zone bagi objek vital nasional (Obvitnas) memang sangatlah penting untuk memitigasi dampak kerusakan Obvitnas pada wilayah sekitarnya seperti yang terjadi di TBBM Plumpang Jakarta.
Oleh karena itu, menurut pengamat sosial Dr Mukhijab, merupakan hal yang sangat memprihatinkan ketika masyarakat justru bermukim didaerah yang seharusnya menjadi buffer zone.
"Buffer zone penting sekali. Karena tinggal di sekitar Obvitnas seperti TBBM Plumpang, tentu sangat berbahaya. Jadi memang memprihatinkan dari sisi keselamatan dan sangat berisiko," ujarnya dalam keterangan yang dikutip Senin 13 Maret 2023.
Baca Juga: Produk Unggulan Lumajang, Pisang Mas Kirana, Dapatkan Sertifikat Internasional
Mengenai banyaknya masyarakat yang mendiami kawasan buffer zone, Mukhijab berpendapat hal itu merupakan fenomena sosial di Indonesia, terutama di perkotaan. Karena lahan sangat terbatas dan masyarakat yang terbilang miskin sulit membeli, sehingga mereka bersikap pragmatis dan sering mengabaikan aspek legalitas dan keselamatan.
“Jadi problemnya memang terletak pada sosial ekonomi. Mereka tahu bahwa lahan itu terlarang dihuni dan terkait keselamatan aset negara, tetapi mereka sering menghalalkan segala cara untuk bisa tinggal,” kata dia.
Sementara terkait pentingnya buffer zone, dia mencontohkan masyarakat yang tinggal di daerah gunung berapi, mereka tidak diperbolehkan tinggal dalam jarak tertentu dari puncak gunung. Masyarakat pun sudah mengetahui mengenai berbagai risiko yang mereka hadapi.
Baca Juga: OJK Terus Prioritaskan Perempuan Dapatkan Edukasi Keuangan
"Itu di gunung berapi. Pada Obvitnas tentu juga harus diberlakukan,” kata pengajar di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta itu.
Oleh karena itu, menurut dia, meski terkait problem sosial ekonomi, namun seharusnya pihak terkait bersikap tegas. Ketika masyarakat mulai mendekati Obvitnas dan bahkan mendirikan hunian, misalnya, aparat sudah harus melarang.
Terpisah, psikolog Tika Bisono menilai, dari sisi psikologi humanistik, soal keamanan memang belum menjadi prioritas di Indonesia. Dalam praktiknya, keamanan masih berada pada nomor tiga di negeri ini.
Baca Juga: BRI Kembali Buka Rekrutmen BRILiaN Future Leader Program (BFLP) Tahun 2023, Segera Daftar!
"Safety itu nomor tiga di sini. Safety meliput asuransi, health, safety, environment (HSE), dan lain-lain. Biologis nomor satu dan kedua, sandang pangan, papan. Di negara maju, lanjutnya, keamanan menempati posisi tertinggi,” katanya.
Untuk itu, terkait buffer zone, Pertamina diminta menginventarisasi seluruh Obvitnas yang beresiko tinggi di seluruh Indonesia. Misal pipe line, gas line, termasuk onshore dan offshore.
Artikel Terkait
Rebound di Area Support Baru, Harga Emas Melesat di Akhir Pekan
Akhirnya HYBE Menyerah, SM Entertainment Segera Diakuisisi Kakao Corp
ASDP: Pembelian Tiket Kapal Lewat Ferizy Bisa 60 Hari Sebelum Keberangkatan
Siap-Siap! Pemudik Angkutan Lebaran 2023 Diprediksi Naik Hingga 123 Juta
IHSG Sepekan: Saham PTBA Diborong Asing, Saham MTWI Paling Untung
Libatkan 1.000 Peserta, Inovasi Pembuatan Biosaka di Bantul DIY Raih Rekor Muri
BRI Kembali Buka Rekrutmen BRILiaN Future Leader Program (BFLP) Tahun 2023, Segera Daftar!
OJK Terus Prioritaskan Perempuan Dapatkan Edukasi Keuangan
Askrindo dan Baznas Resmikan Rumah Tahfidz Demi Tingkatkan Pendidikan Inklusif dan Merata
Produk Unggulan Lumajang, Pisang Mas Kirana, Dapatkan Sertifikat Internasional